Guyub dalam Keterbatasan

Guyub dalam Keterbatasan

Guyub dalam Keterbatasan
Guyub dalam Keterbatasan
Guyub dalam Keterbatasan
Guyub dalam Keterbatasan
Guyub dalam Keterbatasan
Guyub dalam Keterbatasan
Guyub dalam Keterbatasan
Guyub dalam Keterbatasan

Lagi, Evlin Gledis, suster ruang NICU RSUD Cileungsi menghubungi kami via WA, menanyakan ketersediaan inkubator gratis. Kami pastikan ada. Dan segera suster Evlin menghubungi pihak keluarga. Katanya, mereka belum yakin. Sesudahnya, mereka menghubungi perawat di rumah sakit lain, tapi ia tidak tahu.

Sungguh, perlu kegigihan meyakinkan keluarga ini. Bahkan kami sampai harus datang ke rumah mereka di Kampung Jeprah. Dari situ, kami memahami mengapa keluarga begitu cemas soal biaya peminjaman.

Keterbatasan

Ternyata, sang ayah (Asep Basori) tak punya penghasilan tetap. Kerjanya serabutan, sedangkan ibunya (Leli Sagita) tidak bekerja. Ibunya seorang tuna rungu, kurang dapat bicara. Ditambah tangan dan kaki kirinya yang tidak bertenaga, sehingga harus dibantu sang nenek dalam kesehariannya. Serba terbatas.

Namun, di tengah situasi demikian, kami melihat sebuah kehangatan. Disana, warganya saling memperhatikan kesulitan satu dengan yang lain. Dibuatkan BPJS darurat oleh perangkat desa, dengan surat keterangan tidak mampu: untuk ibu dan bayi kembarnya.

Sayang, sang kakak harus berpulang lebih dulu ke sang Pencipta karena kelainan jantung setelah bertahan 3 minggu. Tinggal adiknya saja sekarang. Lahir dengan berat 1300 gram, bayi Sabrina berhasil bertahan, melawan infeksi paru-paru yang bisa saja berujung maut. Dan kini, ia sudah sembuh setelah dirawat selama 37 hari di RSUD Cileungsi, dan beratnya sedikit bertambah menjadi 1475 gram.

Guyub

Betapa terasa suasana guyub (kekeluargaan) di rumah sederhana itu. Semua tetangga dan kerabat datang menyambut bayi serta inkubator gratis yang kami antarkan. Rasanya mengharu-birukan batin kami.

Setibanya di rumah, bayi Sabrina menangis karena lapar dan haus. Ia belum bisa menyusu langsung pada ibunya yang hanya ada sedikit ASI. Ayahnya mencari susu BBLR, tapi tidak ada. Untungnya, ada persediaan susu BBLR dari donatur di rumah kami, sehingga langsung kami berikan kepada keluarga bayi Sabrina.

Itulah makna guyub. Semangat berbagi, berkarya nyata untuk sesama dan juga semesta. Melayani mereka yang belum tersejahterakan. Dengan segala daya yang kita miliki. Ayo, hidupkan gotong royong dan kepedulian.

  • Bersama Warga Kampung Jeprah

    Bersama Warga Kampung Jeprah

  • Inkubator untuk Bayi Sabrina

    Inkubator untuk Bayi Sabrina

  • Anak-Anak Kampung Jeprah

    Anak-Anak Kampung Jeprah

  • Bpk. Lugi, Suami Saya, Menjelaskan Penggunaan Inkubator

    Bpk. Lugi, Suami Saya, Menjelaskan Penggunaan Inkubator

  • Bayi Sabrina

    Bayi Sabrina

Itulah makna guyub. Semangat berbagi, berkarya nyata untuk sesama dan juga semesta. Melayani mereka yang belum tersejahterakan. Dengan segala daya yang kita miliki. Ayo, hidupkan gotong royong dan kepedulian.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *