Tiga hari lalu, ibu Kartikasari merasakan kontraksi hebat ketika bekerja di pabrik. Tak terbayangkan sebelumnya kalau ia akan melahirkan di saat-saat seperti itu. Maklum. Usia kandungannya baru enam bulan.
Sudah bagus ia bisa melahirkan secara normal meski mengalami kelahiran prematur. Karena berat bayinya hanya 1200 gram. Semua itu membuatnya begitu gelisah. Ya. Ia hanyalah seorang karyawan pabrik. Sedangkan suaminya cuma buruh serabutan, dan tengah berada di kampung halaman mereka: Klaten.
Beruntung, ia punya saudara yang baik hati. Kakak iparnya cepat tanggap dalam situasi genting tadi, mengantarkannya ke rumah sakit dan cari tahu tentang kegiatan peminjaman inkubator gratis, dan sebagainya.
Tertahan BPJS
Namun, BPJS yang ibu Kartika miliki tidak dapat dipakai untuk membiayai kelahirannya. Sebab hanya BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Tenaga Kerja Dana Pensiun yang ia miliki. Sudah begitu biaya rumah sakitnya mahal pula: Rp 8 juta selama dua hari. Gila! Akhirnya tanda tangan pulang paksa, walau paru-paru bayi belum kuat; dan tambah dibuat cemas oleh tim medis.
Mereka begitu tertekan. Sampai apa saja mereka jual demi melunasi biaya rumah sakit. Berat! Harus berjuang dengan segenap daya upaya menghadapi ketidakpastian ini. Sang suami pun kembali dari Klaten untuk mendampinginya, dan juga bayi mereka.
Keajaiban
Kala mereka sudah letih melewati beban kesulitan hidup, sebuah keajaiban datang mendatangi keluarga sederhana ini. Pesan singkat yang dikirim ke SMS Center segera disampaikan kepada kami (saya & suami), agen relawan. Kami bersihkan, sterilkan, dan periksa inkubator sambil kami siapkan.
Esoknya (26/1/2017), sampailah keluarga ini di tempat kami. Kira-kira pukul 7 malam. Pada kami, mereka berujar bahwa BPJS yang ada bukanlah BPJS Kesehatan. Bahkan ibu Kartika sampai terpaksa berhenti bekerja karena melahirkan. Sementara penghasilan suaminya tidak pasti dengan pekerjaannya tadi. Telepon genggam makin sering bermasalah pula.
Beruntung, semesta mendukung, dan memberi harapan untuk mereka. Ponsel yang sering bermasalah tadi kami beri dengan yang baru. Kami sumbangkan siang harinya dari seorang bapak yang memberikannya secara gratis pada kami. Dan tabung oksigen bisa dipakai sang bayi karena telah dikembalikan peminjam sebelumnya. Juga susu BBLR dan susu Lactamom untuk ibu menyusui. Sang ayah begitu terharu-biru batinnya. Sampai ia menangis, meneteskan air matanya.
Sesungguhanya semesta selalu mendukung dan memberi harapan pada kita semua. Tinggal kembali kepada kita apakah kita telah bertindak nyata dan membuat diri kita ada dan bermakna untuk sesama. Intinya terus berbuat kebaikan dan memberi lebih.