Untuk kesekian kali di sore ini, jalan-jalan dengan anak dan istri terasa begitu menyenangkan. Bagaimana tidak. Lagi, kami kebagian berkah untuk berbuat kebaikan. Ya. Mengantarkan inkubator –kami menyebutnya “hotel bintang lima”- untuk bayi prematur. Lebih baik dari hotel berbintang sekalipun. Sebab, ia memberikan kehangatan untuk mereka yang tengah membutuhkannya.
Kali ini, pengiriman kami lakukan menyusuri desa Prasung Tani, menuju kediaman Ibu Airin. Putrinya lahir prematur dengan berat 1,8 kg. Indahnya suasana di sana. Begitu terasa keindahan alam yang patut kita syukuri yang telah diberikan yang “Maha Kuasa” pada negara kita yang kaya akan sumber daya alam ini.
Tak disangka, ternyata ibu Airin dan keluarga sudah menunggu kedatangan kami. Sama halnya dengan hampir semua keluarga yang pernah kami pinjamkan inkubator secara gratis, mereka pun sangat mengeluhkan biaya perawatan bayi di rumah sakit. Sudah lahir prematur, terindikasi sakit kuning pula. Makin mahal pula biaya yang harus dikeluarkan.
Kalau di rata-rata, mereka dikenakan biaya sebesar Rp 2 juta per harinya. Itu pun belum termasuk obat-obatan. Itu sebabnya banyak dari keluarga para bayi prematur yang tidak mengikuti saran dokter untuk dirawat di rumah sakit, melainkan merawatnya di rumah. Tapi pertolongan Allah selalu datang dari arah yang tak disangka-sangka. Dan itu hanya akan terjadi bila kita ikut bergerak dengan keyakinan, membuat kepastian, menggugah kesadaran kolektif dalam karya yang menyejahterakan ini. Sekian untuk cerita jalan sore kali ini.