CERITA MENGENAI SEORANG “AGENT“… Suatu hari saya kedatangan tamu dari Solo. Walaupun beliau sudah terlihat berumur dan rambut memutih tapi perawakannya masih terlihat segar dengan gerakan yang masih gesit, beliau adalah seorang “Agent“. Beliau datang ke tempat saya karena suatu misi yang menyangkut nyawa seorang anak manusia.
Dalam kesehariannya ia memiliki kegiatan sambilan yaitu beternak burung love bird dan hasil ternaknya akan di jual baik berupa telur atau anakan atau yang sudah dewasa. Kegiatan sambilannya ini sangat dibutuhkan untuk menunjang kegiatannya yang utama saat ini yaitu sebagai seorang “Agent“.
Sebagai “Agent“, sebenarnya misi yang menyangkut nyawa anak manusia seperti ini sudah sering ia lakukan; namun kali ini terkesan agak mendesak sampai dia harus merasa sesegera mungkin untuk datang ke rumah saya di Jogja. Sebab alat (inkubator) yang dibutuhkan untuk membantu misinya tersebut saat ini yang tersisa adanya di tempat saya. Rupanya ia kebanjiran permintaan menyelamatkan nyawa anak manusia sampai kehabisan inkubator.
Lantas saya bertanya,
Saya: Bro… Kenapa demikian mendesak kebutuhannya?
Agent : Karena ada 2 alasan. Pertama, ini menyangkut nyawa manusia. Kedua, ini juga menyangkut omset penjualan burung Love Bird saya.
Lalu ia pun menjelaskan, “KECEPATAN DAN FREKUENSI PENJUALAN LOVE BIRD TERNYATA SANGAT TERGANTUNG DENGAN KECEPATAN DAN FREKUENSI ALAT INI BISA MENOLONG ANAK MANUSIA.” Semakin cepat dan semakin banyak saya bisa mengantarkan alat ini untuk membantu anak-anak manusia yang lahir prematur maka akan semakin cepat dan semakin banyak pula burung love bird yang terjual.
Agent tersebut bernama Harry Soekono, agen relawan peminjaman inkubator gratis yang tengah menyibukkan diri sebagai “agent kemanusiaan”. Kalimat terakhir inilah sebenarnya yang mengejutkan saya. Maha Besar Engkau Ya ALLAH, yang telah memberikan ilmu pada saya melalui perantara si “Agent” ini.
Dan akhir yang bahagia. Hari itu juga 4 ekor burung love bird -berumur dua bulan- pun terjual. Kurang lebih mencapai Rp 10 juta; ditawar menjadi Rp 9 juta. Semesta pun mendengar, dan mendukung jalan kehidupan penuh makna yang ditempuh saudara Harry Soekono: menolong mereka, sesama kita, anak manusia yang tengah membutuhkan pertolongan kita semua. Sekian cerita dari saya, “Agent” yang menyamar sebagai tukang bubur ayam di Yogyakarta.