Bapak Bagi Bayi Prematur

‘Bapak’ Bagi Bayi Prematur – Tabloid AlHikmah

Raldi Artono Koestoer – “Saya mewakafkan diri saya sebagai bapak bayi prematur se-Indonesia.”

Bapak Bagi Bayi Prematur

Ruang kerja itu nampak sesak. Meja dengan buku bertumpuk-tumpuk di atasnya. Di samping kanan belakang, lemari berhimpit padat, terisi oleh buku-buku agama, teknik hingga plakat penghargaan terkesiap oleh relung dari kerai di seberangnya.

Di seberang meja kerja itu, tegak berdiri sebuah alat beroda setinggi orang dewasa. Klik, suara terdengar diiringi benda berpencar dari puncak mesin tersebut. “Ini inkubator rumahan, bisa dibawa pulang,” Prof. Raldi Artono Koestoer mengawali penjelasannya kepada Alhikmah, beberapa waktu lalu di UI Depok.

Si empunya ruangan dengan cekatan menjelaskan bagaimana cara menggunakan inkubator untuk bayi prematur, mulai dari menyalakan, menjalankan, mengatur suhu. “Mudah kan?” katanya sambil membuka atap mesin, mengambil manekin bayi.

“Isilah sekarang inkubator portable,” kata Guru Besar FT UI ini. Memang pembaca, inkubator ini tak nampak seperti inkubator lainnya yang harus berbelit kabel dan mesin yang tidak bisa di bawa ke mana-mana. “Bisa digendong di tangan,” katanya sambil memperlihatkan kotak berukuran kira-kira 50 x 80 cm ini.

“Dan ini gratis digunakan,” kata alumnus Fakultas Mesin UI ini meyakinkan. Gratis? Mungkin kita bertanya-tanya, kok bisa, inkubator yang sangat dibutuhkan kaum ibu ini digunakan secara gratis? Bukankah orang tua akan membayar sebesar apa pun untuk anaknya?

“Saya ingin ini menjadi lading amal bagi saya,” kenang Prof. Raldi sambil mengisahkan mengapa ia memutuskan inkubator ini dapat digunakan sebanyak-banyaknya orang dengan gratis.

Sepenggal 1989, ia mengunjungi rumah kakaknya yang merupakan dokter anak. Matanya terhenti sesaat melihat inkubator teronggok rusak. “Saya tanya mengapa dibuang dan jawabnya membuat miris,” kata pria kelahiran 21 September 1954 ini.

Ternyata, ada bayi terpanggang akibat inkubator rusak itu. “Penyebabnya overheating, suhu dalam inkubator terlalu tinggi,” kenang Raldi. Hatinya terenyuh. Orang tua mana yang tega melihat bayi mungilnya terpanggang di dalam inkubator?

Mengawali tahun 1994, ia mulai membuat penelitian dengan bahan kardus dan triplek yang dirancang sebesar ukuran inkubator bayi.

Menurut Prof. Raldi, bayi yang lahir prematur mengalami hipotermia, sehingga harus langsung diletakkan di inkubator bayi untuk dihangatkan.

“Disebut prematur karena lahir kurang dari 37 minggu dengan berat kurang dari 2500 gram. Ketika masih di dalam kandungan, mereka terpapar temperatur yang sama dengan suhu tubuh ibunya (36-37 derajat celcius).

Nah, saat dilahirkan, mereka belum dapat menyesuaikan diri dengan temperatur di luar lingkungan perut. Mereka tentu kedinginan. Di sinilah peran inkubator untuk menghangatkan suhu badan bayi-bayi prematur yang energinya masih sedikit,” tegasnya.

Berbuah Hasil, Mulai Dipinjamkan

Bertahun-tahun, Raldi bersama timnya terus meneliti. Dalam perjalanannya, ia menyadari bahwa biaya rawat di RS untuk menggunakan inkubator ada yang sampai 5 juta per malam. “Ada yang harus sampai jual motor untuk biaya inkubasi. Untuk yang mampu sih bisa, tapi bagaimana untuk yang tidak mampu?” katanya.

Karena itu, sejak 2004 rencana inkubator yang mulanya akan digunakan untuk komersial, dialihkan karena segi bisnis tak berjalan dengan baik.

“Lalu setelah melakukan serangkaian penelitian dan pengembangan, kami putuskan untuk melakukan pengabdian pada masyarakat. Tim Inkubator UI bekerjasama dengan Yabapi (Yayasan Bayi Prematur Indonesia) menggagas program Peminjaman Inkubator Bayi Gratis sejak Januari 2012,” kenang Raldi.

Pembaca, cukup mudah jika kita ingin menggunakan inkubator ini. Cukup SMS ke nomor SMS Center (085659312070), maka anda akan mendapat jawaban SMS. “Jabodetabek bisa kami kirim, luar itu kami siap bermitra dengan relawan yang terpercaya,” kata Raldi.

Bagi Raldi, bisa melihat rona bahagia setelah bayi mereka berangsur pulih setelah menggunakan inkubatornya merupakan sesuatu yang tak ternilai dan itulah bayaran yang ia terima. “Ungkapan terima kasih mereka tak bisa dinilai dengan uang,” kata Raldi dengan mata berkaca-kaca.

Sangat banyak kisah dan ucapan terima kasih yang menguatkannya untuk terus beramal. Pernah, di penghujung 2011, inkubatornya dipinjamkan ke Desa Babakan Sirna Cilebut Timur.

“Saya sangat prihatin karena kondisi sosial ekonomi suami istri tersebut sangat tertinggal,” kata Bidan di sana, Indrawati dalam ucapan terima kasihnya kepada Prof. Raldi. Ibu ini, melahirkan bayi kembar hanya di atas tikar beralas tanah di dalam rumahnya.

Nahas, satu bayi meninggal. Kembarannya disarankan dirawat di Rumah Sakit. Karena biaya berat, orang tuanya, Toing dan Khaeroni mencari ke klinik. Beruntung, di sana ada inkubator produksi Prof. Raldi.

Dirawat selama tiga hari, berat bayi yang semula 1700 gram berangsur normal. Tak hanya itu, rupanya diam-diam Prof. Raldi membantu biaya pemulihan si bayi. “Hingga mereka (orang tua) tak mampu berkata-kata saking terharunya,” kata Bidan Indrawati.

Pembaca, masih banyak kisah yang mungkin akan menghabiskan berlembar-lembar bila kita kisahkan satu per satu. Namun yang pasti, Prof. Raldi berazam bahwa apa yang dilakukannya semata-mata sebagai ibadah.

“Saya mewakafkan diri saya sebagai bapak bayi prematur se-Indonesia,” pungkasnya.

Raldi Artono Koestoer – “Saya mewakafkan diri saya sebagai bapak bayi prematur se-Indonesia.”

Raldi Artono Koestoer – “Saya mewakafkan diri saya sebagai bapak bayi prematur se-Indonesia.”

Raldi Artono Koestoer – “Saya mewakafkan diri saya sebagai bapak bayi prematur se-Indonesia.”

Raldi Artono Koestoer – “Saya mewakafkan diri saya sebagai bapak bayi prematur se-Indonesia.”

Raldi Artono Koestoer – “Saya mewakafkan diri saya sebagai bapak bayi prematur se-Indonesia.”

Raldi Artono Koestoer – “Saya mewakafkan diri saya sebagai bapak bayi prematur se-Indonesia.”

Raldi Artono Koestoer – “Saya mewakafkan diri saya sebagai bapak bayi prematur se-Indonesia.”

Raldi Artono Koestoer – “Saya mewakafkan diri saya sebagai bapak bayi prematur se-Indonesia.”

Raldi Artono Koestoer – “Saya mewakafkan diri saya sebagai bapak bayi prematur se-Indonesia.”

Raldi Artono Koestoer – “Saya mewakafkan diri saya sebagai bapak bayi prematur se-Indonesia.”

Comments 2

  1. Dengan berita di net tv hari kamis,08 Pebruari 2018, dengan adanya alat inkubator itu,saya ingin jadi perwakilan di Pati, jawa Tengah,siapa tahu ini awal dari bisa memberi tahukan kepada yang membutuhkan di kota kecil ini

    1. Inkubator Gratis Post
      Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *