Istri saya baru saja mengalami kecelakaan tunggal minggu lalu (8/6/2017). Siang itu ia sedang mengendarai sepeda motor di depan Masjid Al Akbar. Naas. Roda depan oleng karena kerikil batu di tengah jalan. Ia pun terjatuh, sehingga harus mendapatkan perawatan lebih lanjut di Rumah Sakit Premiere dengan kondisi patah tulang pada pundak kanannya.
Namun siapa sangka bahwa keadaan demikian malah menjadi spesial baginya; juga kami sekeluarga. Ya. Tak di sangka, tiga hari sesudahnya (11/6/2017) kami kedatangan tamu istimewa. Bukan saudara, bukan pula teman dekat. Melainkan keluarga bayi prematur yang pernah kami tolong. Mereka sekeluarga datang untuk menjenguk Ibu Lutfi, istri saya dan membawa bayinya, Abi Salman. Usianya sekarang sudah 6 bulan. Ia tampak lucu dan sangat sehat.
Rasa Bahagia
Telah setahun lebih kami jalani membantu bayi prematur. Dan Alhamdulillah kami sekeluarga sudah banyak merasakan spiritual happiness karena bisa merasakan langsung kebahagiaan keluarga: rasa aman, terlepas dari segala beban kesulian hidup, dan pelayanan prima. Satu hal yang akhirnya saya sadari. Ternyata Allah memberikan -bahkan menambahkan- rasa bahagia lagi untuk kami sekeluarga, yakni adanya kehadiran, perhatian dan doa, kala kita mengalami kesusahan. Hari itu, terasa nyata sekali kebenaran tadi dari keluarga Ibu Mafrufah, Bpk. Taufik dan adik Abi Salman. Meski bukan keluarga, tapi karena inkubator mereka sudah jadi seperti keluarga sendiri. Terpancar dari wajah ceria dan support doa agar bu Lutfiah segera sembuh. Insya Allah. Dan momen ini saya dan keluarga jadikan keteguhan hati bersama untuk terus berbagi spiritual happiness pada yang lain. Indahnya spiritual happiness.
Makin ke sini, makin kuat keyakinan dari kami sekeluarga untuk memajukan bangsa dengan menyelamatkan bayi-bayi Nusantara. Mari berlari sejauh mungkin menjangkau adik-adik bayi yang masih membutuhkan pertolongan dari kita.